Kisah Jatuh Bangkit Merk Vanilla Hijab, Dari Modal Nekat Jadi Laku Manis - choiranichambali

Breaking

Minggu, 04 Juni 2023

Kisah Jatuh Bangkit Merk Vanilla Hijab, Dari Modal Nekat Jadi Laku Manis


Jakarta -

Hijabers Tanah Air pasti sudah tak absurd lagi dengan merk Vanilla Hijab dengan ciri khas warna pastelnya. Brand hijab ini bisa memasarkan ribuan koleksi modern dalam hitungan detik.

Di balik kisah berhasil Vanilla Hijab, ada usaha dari para pendiri merk tersebut yakni abang beradik Atina Maulina (founder) dan Intan Kusuma Fauzia (CEO). Keduanya mengawali bisnis dengan berdagang dari mengambil barang di Thamrin City.

Intan menyampaikan pada sewaktu permulaan mula mendirikan Vanilla Hijab pada Maret 2013, Atina waktu itu belum berhijab. Sedangkan Intan juga gres berhijab dan mengaku cuma modal nekat.

Foto Intan sewaktu menjadi narasumber di cara Modestalk Business Meet Up & Networking Session, Strategi Membaca Peluang Bisnis untuk Besarkan Usaha, di GoWork Fatmawati, Jakarta Selatan (31/5/2023).Foto Intan sewaktu menjadi narasumber di cara Modestalk Business Meet Up & Networking Session, Strategi Membaca Peluang Bisnis untuk Besarkan Usaha, di GoWork Fatmawati, Jakarta Selatan (31/5/2023). Foto: Gresnia/Wolipop.

"Jadi apa-apa kita Google, panjang hijabnya itu berapa, lebarnya, bahannya apa kita itu saban hari ke Mayestik atau di Thamrin City pulang kuliah kita nanya. Kita itu malah mencar ilmu ke pedagang-pedagang ini bahannya apa sih pak? Cara jahitnya bagaimana?" ungkap Intan sewaktu menjadi narasumber di cara Modestalk Business Meet Up & Networking Session, Strategi Membaca Peluang Bisnis untuk Besarkan Usaha, di GoWork Fatmawati, Jakarta Selatan belum usang ini.

Wanita yang berasal dari Surabaya, Jawa Timur itu menyampaikan selama tiga tahun pertama mendirikan Vanilla Hijab, beliau dan Atina konsisten memasarkan hijab sisi empat dan pashmina. Intan pun mengungkapkan alasannya.

"Kita spesifik jualan kerudung tiga tahun dan menjualnya cuma dua jenis, sisi empat dan pashmina. Karena kita memang merasa kesanggupan kita ya di situ, kita mau jualan baju, gambar nggak bisa, jahit nggak bisa dan tidak mempunyai kenalan dan background mau minta tolong ke siapa, alhasil kita konsentrasi di situ," kenang Intan.

Selain memasarkan hijab, Intan dan Atina ingin memasarkan pakaian muslim. Pada tahun ketiga Vanilla Hijab berdiri mereka pun mulai mencari tahu cara menghasilkan pakaian untuk muslimah.

"Di tahun ketiga kita menjajal mengajukan pertanyaan jikalau mau jualan baju itu bagaimana? Sama waktu itu hijab tidak pribadi buatan sendiri, sistemnya PO. Kaprikornus kita nggak punya modal dan ngefotoin macam-macam kain yang ada di sana dan upload di Instagram. Kalau ada yang berhasrat beli dahulu via BBM dan ada yang beli gres kita balik lagi ke Mayestik buat belanjain kainnya. Dulu itu belum dijahit namun dineci aja. Di samping toko di Mayestik itu berlangsung selama setahun dan menghimpun modal," tutur Intan panjang lebar.

Kemudian sang ibu mendorong Intan dan Atina untuk belanja di Thamrin City. Sang ibu juga ingin menyediakan modal biar usaha mereka kian berkembang. Namun Intan menolak alasannya merupakan belum mengenali masa depan merk hijabnya sewaktu itu.

"Kita masih belum tahu alasannya merupakan masih kuliah dan kondisinya Atina habis pemulihan cukup usang dan jangan ngoyo yang penting happy dijalani sambil belajar. Baru setelah setahun punya duit gres berani ke Thamrin City dan Tanah Abang," jelasnya.

Fashion Show Vanilla Hijab Berkonsep RendezvousFoto Intan dan Atina sewaktu fashion Show Vanilla Hijab Berkonsep Rendezvous. Foto: Grandyos Zafna/Detikcom.

Intan masih ingat betul produk yang pertama kali yang dijual oleh Vanilla Clothing merupakan rok. Selama satu tahun cuma memasarkan satu produk itu saja.

"Mungkin jikalau ada konsumen Vanilla Hijab yang sudah usang banget itu niscaya tahu rok payung materi jersey itu saya jualnya Rp 95 ribu dan saya cuma mengambil untung itu Rp 15 ribu. Aku ngambil dari toko. Cuman alasannya merupakan dahulu ngambilnya 50 itu kan dahulu banyak ya jadi beliau bolehin pilih warna dari katalog, kita pilih enam warna boleh masing-masing 50 sampai kenalan dengan konveksi," ucap Intan.

Pada sewaktu itu kata Intan, Instagram cuma menjadi platform marketing dan upload produk. Pembelian produk dijalankan lewat Blackberry Messenger (BBM). Mulai tahun keempat, Vanilla Hijab mempunyai kombinasi produk dan sampai sewaktu ini meningkat mempunyai tim desain, bab pattern dan jahit sendiri. Dan followers Vanilla Hijab di Instagram sudah lebih dari 2,4 juta.

Selanjutnya, Intan menceritakan kegiatan sosial yang kerap dijalankan oleh Vanilla Hijab. KLIK HALAMAN SELANJUTNYA!

Tak cuma memasarkan produk dan menggelar fashion show koleksi modern saja, Vanilla Hijab juga secara konsisten menghasilkan kesibukan sosial dan peduli kepada sesama. Intan pun mengungkapkan kisah soal kesibukan tersebut.

"Aku dan Atina itu kepengen Vanilla Hijab ada itu dapat berfaedah buat banyak orang. Kaprikornus apapun hal dan yang kita jalankan sekecil apapun mesti mempunyai dampak kepada lingkungan sekitar kita," kata Intan.

Salah satu kesibukan sosial yang mereka jalankan merupakan untuk setiap pemasaran produk Vanilla Hijab, bisa berdonasi untuk Rumah Takfidz Jayapura, Papua. Intan menerangkan yang modern merupakan UMKM Kit, yakni secara gratis paket untuk para pelaku UMKM biar bisa memproduksi konten secara maksimal.

"Ada ringlight kan dahulu Vanilla Hijab ada itu gak ada sinergi itu. Kita mau nanya ke sesama merk takut alasannya merupakan tidak kenal. Kalau kini kan banyak yang sudah kenal dan transparan. Kita kasih konten kit alasannya merupakan kini kan zamannya Live, ada ringlight, tripod, kain background sekitar 20-30 meter untuk buatan jikalau jualan fashion," terangnya.

Pada sewaktu pandemi, Vanilla Hijab menyediakan baju Idulfitri untuk para tenaga medis. Setiap tahun mereka juga mempunyai program, bagi konsumen yang berbelanja produk bisa ikut membangun sekolah.

"Tahun kemudian itu di Kampung Marataw, sekolahnya kita pilih dan sungguh-sungguh memerlukan bantuan. Kita melakukan pekerjaan sama dengan organisasi," ujarnya.

Membuat kegiatan sosial, Intan menyampaikan ada pro dan kontra yang tiba di media sosial. Ada yang menilai apa yang mereka jalankan selaku sesuatu yang riya. Apa kata Intan?

"Kita sudah mengajukan pertanyaan kebanyak guru dan ustazah alasannya merupakan menjalani bisnis dan ingin berfaedah buat banyak orang. Kita ingin seluruhnya transparan, jadi riya atau nggak. Alhamdulillah tidak cuma satu guru yang menjawab, namun kita mengajukan pertanyaan nyaris 10 ustaz menjawab jikalau niatnya transparan itu insya allah tidak riya," lanjutnya.

"Biarkan saja orang berkomnetar jikalau kau itu arogan , biarkan orang menilai kalian sedekah digembar-gemborin. Alhamdulillah kita menerima pertolongan dari hasil pemasaran hijab itu Rp 500 juta itu kita tidak ambil untung Rp 1 persen pun. Atina sendiri yang menjinjing pinjaman ke perbatasan Suriah waktu itu kita tunjukin dan serahkan semua ke ACT. Atina menjinjing paket barang dan ini lho yang memerlukan menerima langsung. Alhamdulillah merk yang besar bareng Vanilla juga dan memberi pemikiran banyak merk untuk charity, jikalau percaya untuk niat baik mesti dilakukan, omongan orang yang nggak nikmat itu niscaya ada, jikalau kita sudah niat niscaya Allah mudahkan," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar